Habibie Afsyah, dari Kursi Roda Jadi Suhu Bisnis Internet Marketing
Hampir seluruh bagian tubuh Habibie Afsyah lumpuh. Tapi, dengan perjuangan keras, dia tumbuh menjadi jawara bisnis internet. Kini dia juga menjadi motivator di Lapas Anak Tangerang.AHMAD BAIDHOWI, Jakarta
RUANGAN bercat putih itu tak terlalu luas, sekitar 3 x 4 meter. Ada sebuah tempat tidur (springbed) ukuran 1 x 2 meter. Ada pula sebuah meja yang cukup besar. Di atasnya terdapat TV layar datar 29 inci, layar monitor 17 inci, CPU komputer, dan sebuah keyboard. Di pojok ruangan, tergeletak sebuah tabung oksigen untuk alat bantu pernapasan.
Di tembok ruangan, tergantung beberapa foto sang pemilik ruangan, Habibie Afsyah, bersama keluarga serta teman-teman. Salah satu foto besar yang cukup mencolok adalah foto Habibie yang duduk di kursi roda bersama BJ Habibie di depan Istana Merdeka saat perayaan Hari Anak Nasional. Saat foto itu diambil pada 1998, BJ Habibie menjabat presiden negeri ini. Di foto itu tertulis: Habibie Sang Pemimpin, Habibie Sang Pendamping.
Di ruangan itulah Habibie Afsyah biasa menghabiskan waktunya berjam-jam di depan komputer. “Ini ruang kerja saya Mas, sekaligus ruang santai kalau ada teman-teman yang berkunjung,” ujar pemuda kelahiran Jakarta, 6 Januari 1988, tersebut.
Di atas kursi rodanya, Habibie terlihat nyaman dengan dua bantal yang menyangga punggung dan kepalanya, Ditambah embusan angin sejuk dari AC.
Jari telunjuk tangan kanannya lincah menari di atas keyboard komputer, mengantarnya berselancar ke berbagai website otomotif yang menjadi kegemarannya. Sesekali, dia membuka e-mail dan situs jejaring sosial Facebook untuk menyapa sahabat-sahabatnya.
Saat ditemui Jawa Pos (Grup Sumut Pos) pada Sabtu dua pekan lalu (27/8) di rumah orang tuanya di kawasan Setia Budi, Jakarta Selatan, Habibie ditemani ibunya, Endang Setyati. “Ma, tolong naikin sedikit bantalnya… Ma, tolong tangan kanan Habibie majuin sedikit… Ma, tolong kepala miringin sedikit… Ma, tolong keyboard-nya geser sedikit…” Kalimat-kalimat itu sering diucapkan Habibie.
Kadang, suaranya tercekat karena radang paru-paru, sehingga terdengar lirih. Endang pun dengan cekatan dan sabar terus mendampingi serta membantu putranya. Sesekali, tangannya membelai rambut ikal Habibie.
Habibie Afsyah adalah bungsu delapan bersaudara dari pasangan Endang Setyati (59) dan Nasori Sugiyanto (72). Sejak usianya belum genap setahun, penyakit langka Muscular dystrophy tipe Becker menggerogotinya, merusak saraf motorik di otak kecilnya, membuat massa tubuhnya tidak bisa tumbuh sempurna, dan sebagian besar anggota badannya tidak bisa digerakkan.
Bahkan, sejak tiga tahun terakhir, tangan yang sebelumnya masih bisa digerakkan kini juga lumpuh. Praktis, hanya pergelangan tangan kanan dan jari telunjuk kanannya yang bisa digerakkan.
Namun, keterbatasan fisik itu tak membuat dirinya putus asa. Berbekal otaknya yang cemerlang, Habibie menjadi seorang pembelajar yang cepat. Bebagai ilmu di bidang teknologi komputer dan internet berhasil dikuasai.
Kini, pada usia yang baru 23 tahun, Habibie menjadi salah satu sosok populer di dunia bisnis internet marketing. Di kalangan mereka, Habibie sering dipanggil dengan sebutan suhu, guru, master, atau mastah. Apa itu mastah? “Oh, itu bahasa gaul dari master,” katanya lantas tertawa.
Sejak terjun dalam dunia bisnis internet marketing pada 2007, Habibie termasuk salah satu di antara sedikit orang asal Indonesia yang berhasil meraup penghasilan hingga ratusan juta rupiah dari bisnis tersebut.
Habibie memulai bisnis internet marketing dengan menjadi mitra atau affiliate dari Amazon.com, sebuah toko online terbesar di dunia yang didirikan pada Mei 1994 di Manhattan oleh Jeff Bezos. Sebagai affiliate, Habibie menjual produk Amazon melalui internet dan mendapat komisi. Awal 2007, Habibie berhasil meraih penjualan pertamanya, yakni satu unit PlayStation (PS) 3. “Saat itu, komisinya 24 dolar (USD 24). Tapi, saya sangat senang,” ujarnya dengan wajah penuh semangat.
Pelan tapi pasti, dia mulai lancar menjual produk-produk Amazon. Akhirnya, pada suatu siang yang cerah pada Juli 2007, datanglah pak pos yang mengantarkan amplop berisi selembar cek senilai USD 120,69. Cek itu dikirim oleh Amazon Services LLC, PO Box 6486, Incline Village, NV 89450. Biasanya, Amazon memang mengirimkan komisi bagi para affiliate-nya setelah terkumpul minimal USD 100.
Habibie pun makin bersemangat memasarkan produk-produk Amazon. Cek pertama itu kemudian disusul dengan cek kedua pada Oktober 2007 senilai USD 287, lalu cek ketiga pada November senilai USD 369.
Puncaknya, Februari 2008, Habibie menerima cek USD 2.169. Itu adalah komisi penjualannya selama Desember 2007. Tampaknya, momen Natal dan Tahun Baru membuat orang lebih royal berbelanja. “Wah, saya juga kaget, bisa sampai ribuan dolar,” ungkapnya.
Target pun dicanangkan. Hingga Desember 2008, Habibie mengejar komisi USD 10.000 per bulan. Namun, malang tak bisa ditolak. Gejolak turbulensi perekonomian global pada pertengahan 2008 membuat daya beli penduduk Amerika Serikat (AS) yang selama ini sering digaet Habibie ikut terpuruk.
Akibatnya, omzet pun melorot. Untuk mengisi waktu, Habibie mulai menggarap pasar dalam negeri dengan mengembangkan situs www.rumah101.com yang mempertemukan penjual dan pembeli properti. Habibie juga membuat situs www.ponsel-quran.com untuk menjual produk ponsel dengan fitur Al Quran di dalamnya.
Tak hanya itu, atas bimbingan mentornya di bisnis internet marketing, Suwandi Chow, Habibie berhasil membuat electronic book (e-book) berjudul Sukses dari Amazon. E-book itu laris manis. Dalam setahun, dia berhasil meraup uang hingga hampir Rp100 juta.
Pada 2010 dan 2011, ketika perekonomian global mulai membaik, omzet penjualan Habibie melalui Amazon kembali meningkat. Total sejak 1 April 2007 hingga 31 Juli 2011, Habibie berhasil menjual 4.106 item produk melalui Amazon senilai total USD 288.078. Dengan penjualan tersebut, dia berhasil meraup total komisi USD 14.714 atau sekitar Rp132 juta dengan kurs Rp9.000 per USD. Cek-cek itu dicairkan melalui BRI Valas.
Namun, pencapaian tersebut belum membuat Habibie berpuas diri. Sejak awal 2011 ini, dia mulai menekuni bisnis internet marketing baru. Yakni, AdSense.com. AdSense adalah perusahaan yang terafiliasi dengan Google.com.
Melalui AdSense, seseorang bisa menampilkan iklan dari Google di website atau blognya. Selanjutnya, jika ada yang mengunjungi website atau blog, kemudian mengeklik iklan tersebut, si pemilik website akan mendapat komisi dari Google. “Ibaratnya, kalau di Amazon itu bisnis uang kecil, di AdSense ini bisnis uang besar,” ungkap Habibie.
Untuk AdSense, dia memiliki tiga website seputar otomotif, khususnya yang membahas prototipe produk-produk otomotif yang akan dikeluarkan pabrikan dalam dua atau tiga tahun mendatang. Agar website-nya banyak dikunjungi, Habibie menguasai teknik search engine optimization (SEO). Dengan demikian, begitu seseorang mengetikkan kata kunci, misalnya “Toyota Camry 2013” di Google, website milik Habibie akan terpampang di halaman awal laman Google.
Namun, dia meminta nama tiga website-nya tersebut tidak dipublikasikan. “Untuk jaga-jaga, Mas. Sebab, kadang ada yang usil merusak website kita,” ucapnya.
Dia pun bercerita, dulu akun Facebook maupun e-mail-nya pernah di-hack seseorang. Dia pun harus meminta bantuan teman untuk menutup akun-akun tersebut.
Lalu, berapa besar pendapatan yang diperoleh Habibie dari AdSense? Maret lalu, dia berhasil mendapat komisi USD 724, lalu pada April naik menjadi USD 517, Mei naik lagi USD 1.844, dan Juni USD 3.945. Pada Juli, pendapatan melonjak hingga USD 9.000. Sayangnya, karena ada kesalahan teknis, akun AdSense Habibie diblokir Google, sehingga pendapatan untuk Juli hilang.
Dia pun terpaksa meminjam akun milik salah seorang temannya. Dengan demikian, Agustus lalu, dia masih bisa meraup komisi sekitar USD 6.500. Total sepanjang 2011 ini dia berhasil membukukan komisi USD 13.530 atau sekitar Rp121 juta. “Target saya, dalam beberapa bulan ke depan, bisa mendapat Rp100 juta per bulan,” tegasnya.
Namun, hasil ratusan juta tersebut tidak didapat semudah membalik telapak tangan. Endang Setyati, ibunya, mengungkapkan, seusai lulus dari SMA Yayasan Sunda Kelapa pada 2006, dirinya sempat bingung mencari tempat yang tepat bagi Habibie untuk melanjutkan belajar.
“Kebetulan, dulu dia suka main game PS dan internet. Jadi, terpikirlah ide untuk mendidiknya belajar bisnis internet. Lagi pula, bisnis internet tidak membutuhkan banyak aktivitas fisik, sehingga bisa dilakukan Habibie,” ceritanya.
Karena itu, Habibie pun diikutkan dalam berbagai seminar bisnis internet marketing yang diadakan para pakar, mulai Suwandi Chow hingga Fabian Lim yang asal Singapura. Dana belasan juta pun digelontorkan untuk bisa menyerap ilmu dari para master tersebut.Selain sukses secara finansial, Habibie berjiwa sosial tinggi. Melalui Yayasan Habibie Afsyah, dia beserta ibunya getol mengampanyekan forum Be Your Self. Melalui forum tersebut, mereka mengajak anak-anak berkebutuhan khusus untuk menggali potensi dan mengembangkan diri agar mandiri.
Tak hanya itu, Habibie juga menjadi inspirasi banyak orang ketika tampil dalam beberapa acara televisi. Misalnya, Kick Andy. Dia juga sering membagikan ilmunya melalui berbagai seminar tentang bisnis internet marketing maupun seminar motivasi. Bahkan, dia menjadi salah seorang motivator di Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Anak Tangerang. (c5/ttg/jpnn)
0 comments:
Post a Comment