Jakarta - Aktivitas menggoreng nasi itu sudah diakrabi Suyoto hampir dua tahun terakhir ini. Sejak itu, racikan bumbu dan penggorengan panas hampir tak pernah absen dari kedua tangannya. Sepintas Suyoto memang serupa dengan pedagang nasi goreng pinggir jalan lainnya. Hanya satu yang beda: Suyoto tak berpikir dua kali memberi nasi goreng gratis pada ibu hamil.
"Kita sebagai umat Islam harus banyak-banyak beramal. Kalau orang kaya kan punya harta. Kalau saya orang susah, punya nasi goreng ya beramal dengan nasi goreng. Saya senang kalau bisa memberi pada ibu hamil," kata Suyoto.
Hal itu disampaikan pria kelahiran Semarang 16 Juni 1963 itu kepada detikcom, Selasa (6/12/2011).
Bagi dia memberi nasi goreng gratis pada ibu hamil yang makan di warung tendanya adalah kebahagiaan tersendiri. Suyoto membayangkan, calon bayi yang ada di perut ibu hamil turut memakan nasi goreng bikinannya. Karena dilandasi niat tulus memberi, dia berharap kelak anak-anak yang dilahirkan ibu hamil yang sempat mampir di warungnya tumbuh sebagai anak yang baik, berbakti pada orang tua dan juga senang beramal pada sesama.
"Kalau dalam sehari ada 15 ibu hamil yang makan di warung saya, akan tetap saya beri gratis. Memang sudah niat saya memberi nasi goreng gratis pada ibu hamil yang makan di tempat," tuturnya.
Tidak takut rugi? "Saya tidak pernah merasa dirugikan dengan ini. Semakin banyak ibu hamil yang makan di warung saya, saya merasa semakin banyak rezeki yang saya dapat," ucap pria yang rambutnya mulai memutih ini.
Tidak setiap hari selalu ada ibu hamil yang mampir ke warung nasi goreng Suyoto yang berada di kawasan Warung Buncit, Jakarta Selatan ini. Tapi malam itu ketika detikcom menyambangi warung Suyoto, kebetulan ada ibu hamil yang sedang makan di sana.
"Yang dimakan Mbak, gratis," ujar istri Suyoto saat ibu hamil itu hendak membayar makanannya.
"Lho kenapa?" ucap perempuan berbadan dua itu dengan wajah bingung.
"Untuk ibu hamil memang gratis. Ini sudah kami tulis di sini," ucap istri Suyoto sambil menyodorkan daftar menu.
Di bagian paling bawah daftar menu memang tertulis 'Khusus ibu hamil makan gratis'. Melihat itu, sang ibu hamil pun mengangguk mengerti.
Suyoto bersyukur nasi gorengnya bisa diterima masyarakat. Awalnya dia hanya menjual nasi goreng biasa. Namun perlahan, dia mulai 'berkreasi' dengan nasi goreng bikinannya. Ada nasi goreng teri, nasi goreng pete, nasi goreng kambing, nasi goreng seafood dan sebagainya.
"Tambahan ati ampela, ikan asin dan sebagainya ini juga masukan dari konsumen. Kata mereka, kalau dasar nasi gorengnya sudah enak, mau ditambahi apa saja tetap saja enak," lanjut ayah dua anak ini.
Dari nasi goreng, Suyoto mampu membiayai pendidikan kedua anaknya. Anak sulungnya kuliah kebidanan di Solo sedangkan anak bungsunya masih SMA. Bagi dia, mampu membayar kuliah anaknya adalah suatu rezeki yang tak henti-hentinya dia syukuri.
Sebelum membuka warung nasi goreng, Suyoto lama membuka warung rokok kecil-kecilan. 7 Tahun dia mengelola warung rokoknya itu. Sebelum menjalani aktivitas dagang, Suyoto dan istrinya sempat bekerja di pabrik garmen. Bahkan Suyoto pernah menduduki posisi sebagai supervisor. Sayang, pabrik tempat dia mencari makan gulung tikar.
"Sesuatu itu selalu bermula dari yang kecil. Kalau mau berhasil harus mau usaha. Semua itu tergantung orangnya. Kalau tekun, rajin dan disertai doa, saya yakin pasti bisa berhasil," tutur Suyoto.
Dia berharap suatu saat nanti bisa memiliki warung nasi goreng di bangunan permanen, sehingga bisa lebih nyaman. Jika selama ini warung nasi gorengnya tak punya nama, dalam waktu sebulan ke depan dia akan memberi nama warungnya 'Sadakur'. Dia baru sadar, identitas pun memegang peranan penting saat membuka usaha.
"Sadakur itu artinya sabar dan bersyukur. Keinginan saya lainnya adalah bisa buka cabang di tempat lain dan bisa menjalankan rukun Islam ke-lima, naik haji," harapnya.
Bagi Suyoto, mencari makan dengan berdagang adalah aktivitas yang menyenangkan. Sebab dia bisa mengatur sendiri waktu kerjanya dan tidak tergantung pada atasan. Bahkan jika mungkin, Suyoto ingin membuka lapangan kerja bagi orang lain.
"Suatu hari nanti saya ingin bisa menulis buku. Ingin membagi kisah saya dengan orang lain. Dan sampai kapan pun selama saya jualan nasi goreng, saya akan tetap memberi gratis untuk ibu hamil. Benar, rezeki itu tidak tertukar," ucap Suyoto.
0 comments:
Post a Comment