Cerita Cerita Inspiratif Dan Motivasi
Ketika saya duduk di sekolah dasar, saya terlibat perdebatan sengit dengan seorang anak lelaki di kelasku. Saya sudah lupa topik perdebatan kami, namun saya tidak pernah lupa pelajaran yang saya peroleh hari itu.
Saya yakin sekali bahwa sayalah yang benar dan teman saya yang salah. Sementara itu dia juga merasa yakin bahwa dialah yang benar dan saya salah. Maka guru kami memutuskan untuk memberikan pelajaran yang sangat penting untuk merelai kami berdua. Ia menyuruh kami maju ke depan kelas, dan menyuruh saya berdiri di satu sisi meja dan menyuruh teman saya untuk berdiri di sisi berlawanan. Kemudian guru kami meletakkan benda yang cukup besar dan berbentuk bundar di atas meja di tengah-tengah kami. Kemudian guru itu bertanya kepada saya “warna apa benda ini?” Dengan jelas saya melihat bahwa benda yang berada di depan saya berwarna hitam. Kemudian guru itu bertanya pada teman saya “warna apa benda yang ada dihadapanmu? “Putih!” sahutnya. Aku tak percaya mendengar jawabannya, sebab jelas-jelas bahwa benda yang berada dihadapan saya berwarna hitam, tetapi mengapa teman saya berkata bahwa benda itu berwarna putih, sejenak kami mempertahankan pendapat kami masing-masing dengan yakin.
Guru kami kemudian meminta kami bertukar posisi, saya berdiri di posisi teman saya dan teman saya berdiri di tempat saya berdiri sebelumnya. Kemudian guru kami bertanya kepada saya “sekarang, apa warna benda yang ada di depanmu?” dengan terpaksa saya menjawab “putih!” dan guru kami bertanya kepada teman saya “apa warna benda yang ada di depanmu?” dengan yakin teman saya menjawab “hitam!” sebab benda itu ternyata mempunyai dua sisi dengan warna yang berbeda, dari sisi satu berwarna hitam dan di sisi lain berwarna putih.
Hari itu saya mendapatkan pelajaran berharga. Kita mesti dapat menempatkan diri pada posisi orang lain dan melihat situasinya melalui apa yang mereka pandang, supaya kita benar-benar memahami persfektif mereka. (Judie Paxton).
Seringkali kegagalan berkomunikasi dan kegagalan menyampaikan pesan atau keinginan seseorang mengalami kegagalan oleh karena seseorang terlalu memaksakan persfektifnya dan menganggapnya dengan yakin bahwa dialah yang benar dan melihat orang lain yang salah. Terkadang kita belum membaca dan belum memahami situasi orang lain secara lengkap namun sudah mengambil kesimpulan dan mengambil sikap berlawanan sehingga komunikasi atau relasi menjadi bermasalah. Mampu menempatkan diri dengan baik pada posisi orang lain dan benar-benar dapat memahami situasi mereka akan membuat komunikasi dan relasi menjadi jauh lebih baik dan terhindar dari konflik-konflik yang merugikan.
Sumber
Ketika saya duduk di sekolah dasar, saya terlibat perdebatan sengit dengan seorang anak lelaki di kelasku. Saya sudah lupa topik perdebatan kami, namun saya tidak pernah lupa pelajaran yang saya peroleh hari itu.
Saya yakin sekali bahwa sayalah yang benar dan teman saya yang salah. Sementara itu dia juga merasa yakin bahwa dialah yang benar dan saya salah. Maka guru kami memutuskan untuk memberikan pelajaran yang sangat penting untuk merelai kami berdua. Ia menyuruh kami maju ke depan kelas, dan menyuruh saya berdiri di satu sisi meja dan menyuruh teman saya untuk berdiri di sisi berlawanan. Kemudian guru kami meletakkan benda yang cukup besar dan berbentuk bundar di atas meja di tengah-tengah kami. Kemudian guru itu bertanya kepada saya “warna apa benda ini?” Dengan jelas saya melihat bahwa benda yang berada di depan saya berwarna hitam. Kemudian guru itu bertanya pada teman saya “warna apa benda yang ada dihadapanmu? “Putih!” sahutnya. Aku tak percaya mendengar jawabannya, sebab jelas-jelas bahwa benda yang berada dihadapan saya berwarna hitam, tetapi mengapa teman saya berkata bahwa benda itu berwarna putih, sejenak kami mempertahankan pendapat kami masing-masing dengan yakin.
Guru kami kemudian meminta kami bertukar posisi, saya berdiri di posisi teman saya dan teman saya berdiri di tempat saya berdiri sebelumnya. Kemudian guru kami bertanya kepada saya “sekarang, apa warna benda yang ada di depanmu?” dengan terpaksa saya menjawab “putih!” dan guru kami bertanya kepada teman saya “apa warna benda yang ada di depanmu?” dengan yakin teman saya menjawab “hitam!” sebab benda itu ternyata mempunyai dua sisi dengan warna yang berbeda, dari sisi satu berwarna hitam dan di sisi lain berwarna putih.
Hari itu saya mendapatkan pelajaran berharga. Kita mesti dapat menempatkan diri pada posisi orang lain dan melihat situasinya melalui apa yang mereka pandang, supaya kita benar-benar memahami persfektif mereka. (Judie Paxton).
Seringkali kegagalan berkomunikasi dan kegagalan menyampaikan pesan atau keinginan seseorang mengalami kegagalan oleh karena seseorang terlalu memaksakan persfektifnya dan menganggapnya dengan yakin bahwa dialah yang benar dan melihat orang lain yang salah. Terkadang kita belum membaca dan belum memahami situasi orang lain secara lengkap namun sudah mengambil kesimpulan dan mengambil sikap berlawanan sehingga komunikasi atau relasi menjadi bermasalah. Mampu menempatkan diri dengan baik pada posisi orang lain dan benar-benar dapat memahami situasi mereka akan membuat komunikasi dan relasi menjadi jauh lebih baik dan terhindar dari konflik-konflik yang merugikan.
Sumber
0 comments:
Post a Comment