Hidup Bagai Benih

Sudahkah Anda merenungkan tentang perjalanan hidup Anda selama ini?
Apakah Anda pernah membayangkan jika Anda tidak tidak pernah terlahir di dunia ini? Lalu berada dimana Anda saat ini?

Terkadang kita tidak pernah berpikir atau merenung tentang hal-hal kecil sepanjang hidup kita. Kita terlalu fokus dengan segala aktifitas di dunia bahkan kita terlalu sibuk dengan pekerjaan-pekerjaan yang ada. Tak ada waktu untuk merenung. Tak ada waktu untuk bersyukur.

Hidup kita ini bagai sebuah benih. Semua petani pasti akan menanam benih mereka di tanah yang subur. Petani itu merawat setiap benih-benih mereka dengan baik, memberi pupuk, menyiram tiap hari, memangkas ranting-ranting yang tidak menghasilkan buah, dan mencabuti rumput yang mengganggu. Tuhan itu seperti petani. Selalu melihat dan menjaga setiap pertumbuhan hidup kita. Mau kah hidup kita diperhatikan oleh sang Maha Pencipta? Tidak selalu enak, karena kita akan dipangkas agar bisa mendapat hidup yang lebih baik.
Hidup bagai benih. Bertunas, tumbuh daun, berakar, berbunga dan berbuah. Setelah sekian lama benih itu menjadi sebuah pohon yang kokoh dengan akar yang menembuh jauh sampai ke dalam tanah dan berbuah lebat. Apa yang terjadi bila pohon itu tidak memiliki akar yang kuat? Bila angin menggoncangkannya sedikit pasti akan goyah kemudian akan tumbang. Berbeda dengan pohon yang memiliki akar kokoh. Sekencang apapun angin berhembus, pohon tersebut akan tetap bertahan. Ya, akar itu adalah iman kita. Kepercayaan kita terhadap sang Maha Kuasa. Seburuk apapun lingkungan sekitar kita, kita akan tetap bertahan pada kebenaran. Sudahkah iman kita berakar kuat?

Hidup yang berkualitas adalah hidup yang dapat menghasilkan buah. Buah itu adalah kasih. Kita harus memiliki kasih kepada sesama. Apa itu kasih?

"Kasih itu sabar; kasih itu murah hati; ia tidak cemburu.
Ia tidak memegahkan diri dan tidak sombong.
Ia tidak melakukan yang tidak sopan dan tidak mencari keuntungan diri sendiri.
Ia tidak pemarah dan tidak menyimpan kesalahan orang lain.
Ia tidak bersukacita karena ketidakadilan, tetapi karena kebenaran.
Ia menutupi segala sesuatu, percaya segala sesuatu, mengharapkan segala sesuatu, sabar menanggung segala sesuatu."

Sudah kah 'benih' itu menjadi sumber inspirasi hidup kita?
Sudah kah kita 'bertumbuh' dengan baik?
Tidak perlu mengeluh dengan keadaan hidup kita sekarang. Besyukurlah. Karena bersyukur adalah pupuk yang baik bagi pertumbuhan hidup kita.

0 comments:

Post a Comment

Menarik