Belajar dari Sebuah Sumur

Sebuah sumur bila ditimba airnya setiap hari, dia tidak pernah kering, terus ada air di dalamnya. Anehnya kalau dalam satu hari saja air tidak ditimba, ketinggian air yang ada di dalam sumur itu juga tidak meningkat. Tetap saja seperti semula.

Secara logika, kalau air di dalam sumur itu terus-menerus ditimba tentu suatu saat akan berkurang, demikian sebaliknya bila air itu tidak ditimba seharusnya ketinggian air itu meningkat, tetapi ini tidak terjadi. Aneh kan? Inilah hukum alam, di mana di dalam semesta terdapat misteri, dan juga semesta ini bertujuan untuk selalu memberi.
Sesungguhnya kehidupan kita juga sama dan serupa dengan sumur ini, sebab kita adalah bagian dari alam semesta. Tujuan alam semesta adalah untuk memberi, demikian juga kehadiran kita di muka bumi ini juga untuk memberi. Pada umumnya orang berpikir bahwa kalau dia memberi, apa yang dimilikinya pasti akan kekurangan. Namun kalau kita mau belajar dari sumur ini, semakin banyak dia memberi, akan semakin banyak air yang mengalir kepadanya. Jadi tidak perlu ragu lagi untuk memberi, karena apa yang diberikan akan kembali lagi kepada si pemberi.

Dalam hal memberi tidak seharusnya dalam bentuk uang atau materi saja; kita bisa memberi apa saja yang kita miliki. Menolong atau membantu orang lain sebetulnya juga merupakan tindakan memberi dan sebagai pedomannya, berikan sesuai dengan kemampuan dan keterampilan yang Anda miliki. Sebagai contoh, Anda memiliki kemampuan dan keterampilan bahasa Inggris, maka ajarkan keterampilan ini kepada orang lain yang membutuhkan. Dengan demikian, Anda sudah memberikan apa yang Anda miliki.

Ketika Anda mengajarkan keterampilan ini, maka dengan sendirinya kemampuan dan keterampilan Anda akan semakin meningkat. Yang perlu kita perhatikan adalah janganlah memberi karena terpaksa, janganlah memberi karena ingin dipuji orang lain, janganlah memberi untuk menunjukkan bahwa Anda orang yang kaya dan janganlah memberi hanya karena kebiasaan. Kalau ini yang Anda lakukan, sebetulnya pemberian Anda tidaklah ikhlas.

Sikap mental memberi seharusnya berlandaskan pada rasa belas kasih kepada orang lain, bukan karena mengharapkan sesuatu dari orang lain. Sebaiknya Anda memberi karena menginginkan orang lain bisa bahagia, bisa hidup lebih baik, dan lebih layak. Intinya, pemberian itu memang seharusnya bisa meningkatkan kualitas hidup bagi orang yang menerimanya.

Pada zaman yang serba materialistik ini, segala sesuatu yang diberikan tentu mempunyai tujuan untuk mendapatkan sesuatu dari orang lain, jadi memang agak sulit untuk memberi tanpa pamrih. Namun begitu bila kita tidak mencobanya, kita tidak akan tahu bahwa diri kita bisa memberi tanpa harus mengharapkan sesuatu (pamrih). Dengan mengembangkan sikap mental memberi yang murni, saya yakin setiap orang bisa melakukan ini. Sekarang pilihannya terserah kepada Anda. Sedangkan manfaat langsung yang bisa Anda rasakan ketika memberi adalah perasaan puas – kepuasan batin, dan inilah sebetulnya kebahagiaan pada tingkat yang tinggi!

Salam Bahagia dan Sejahtera.

0 comments:

Post a Comment

Menarik