Pandu Triyuda - detikNews
"Kami tinggal di rumah petak kontrakan yang sebulannya Rp 500 ribu. Kalau saya kerja, Ifa (panggilan Latifa) harus menyiapkan semua sendiri. Sepulang sekolah kan dia sendiri di rumah, dia pasang alarm buat mengingatkan waktu mengaji," tutur sang ibunda Latifa, Farida, kepada detikcom, beberapa watu lalu.
Sehari-hari Ifa pergi ke sekolah dengan naik sepeda. Waktu tempuh ke sekolah memakan waktu sekitar 10 menit. Meski ada juga temannya yang naik sepeda --kebanyakan laki-laki-- namun beberapa siswa lainnya diantar jemput orang tuanya. Kendati kebanyakan teman-temannya berasal dari keluarga menengah ke atas, namun Ifa toh tidak minder. Dia bisa bergaul dengan semua temannya.
Farida yang merupakan single parent menerapkan hidup disiplin pada gadis semata wayangnya. Ifa setiap hari bangun pukul 04.00 WIB. Sembari menunggu waktu subuh, dia membaca Alquran. Setelah itu, menyiapkan buku pelajaran, dan bersiap-siap ke sekolah.
"Ifa suka kalau mengerjakan sesuatu selalu memakai waktu agar tertata dengan baik," ucap karyawati di perusahaan asuransi ini.
Jika banyak teman-temannya yang harus diingatkan soal kegiatannya oleh ibu atau pengasuhnya, Ifa selama ini tidak pernah mengenal hal semacam itu. Pengingatnya hanyalah alarm jam. Tidak heran alarm jam sudah seperti sahabat baik bagi Ifa.
Beberapa teman-temannya mengikuti berbagai les di luar jam sekolah. Sedangkan Ifa mau tidak mau harus belajar sendiri tanpa bimbingan belajar tambahan khusus. Untunglah di sekolah ada kegiatan-kegiatan yang bisa diikuti Ifa.
Waktu luangnya di rumah digunakannya untuk membaca dan menulis. Ifa gemar menulis karangan. Sang ibu kemudian bertindak sebagai 'editor' yang menunjukkan kekurangan tulisan tersebut.
"Sejak TK dia sudah bisa nulis, nulis di tembok. Biasanya dia suka nulis cerpen waktu SD tentang cerita di sekolahnya, mengenai teman-temannya. Saya tahu dia punya bakat terpendam, saya ingin membantu dia tapi karena kemampuan kami yang pas-pas san saya bingung bagaimana untuk menyalurkannya," tutur Farida sambil menatap putri kecilnya.
Gadis kecil kelahiran 6 Desember 2000 itu juga menonton televisi sebelum belajar di malam hari. Namun ibunya selalu menyertai aktivitas ini.
Kepada detikcom, Ifa menyebut cita-citanya ingin menjadi pramugari. Alasannya sederhana, dengan menjadi pramugari dia bisa keliling dunia.
"Ingin jadi pramugari supaya bisa keliling dunia," cetus Ifa polos saat ditanya cita-citanya.
Negara yang paling ingin didatangi Ifa saat ini adalah Korea Selatan. Sebab dia ingin bertemu penyanyi idolanya, Super Junior (Suju).
Ifa terlecut semangatnya untuk belajar, mendapat prestasi yang baik, karena sang ibu. Ibunya yang menyiapkan kebutuhan Ifa di pagi hari sebelum gadis itu berangkat sekolah, yang mendukungnya untuk tidak minder, dan melimpahinya kasih sayang.
"Mama suka mengingatkan buat belajar," kata bocah yang suka olahraga basket dan renang ini.
Dalam ujian nasional (UN) SD 2012, Ifa mendapatkan nilai sempurna 30. Tentu sang ibu senang bukan kepalang, meski sejak masuk bangku SD, nilai-nilai Ifa di sekolah juga tergolong bagus. Lebih dari itu, Ifa juga mengerti benar apa yang dipelajarinya.
Atas prestasinya itu, gadis 12 tahun tersebut banjir penghargaan. Dia mendapat piagam penghargaan dari Pemprov DKI Jakarta, kota administrasi Jaktim, Kecamatan Makasar sebagai siswa mencapai nilai 30 di UN tertinggi SD tingkat Kecamatan Makasar. Penghargaan diberikan pada 16 juni 2012.
Ifa itu juga mendapat penghargaan dari Pemprov DKI Jakarta atas nama Fauzi Bowo sebagai siswa peringkat I. Penghargaan diberikan tanggal 27 Juni 2012. Dinas Pendidikan Provinsi DKI, melalui Kepala Dinas Pendidikan Provinsi DKI Jakarta, DR Taufik Yudi Mulyanto juga memberikan penghargaan pada 21 Juni 2012.
Ifa saat ini sudah diterima menjadi siswi SMPN 109 Jakarta Timur. Sebelumnya dia merupakan siswa SDN Kartika X-7 yang berlokasi tidak jauh dari SMPN 109.
(vit/nwk)
0 comments:
Post a Comment